Kecanduan Seks?

Seorang gadis muda yang tak mau disebut namanya sedang resah. Pasalnya, di usianya yang baru menginjak 24, ia sudah melakukan petualangan seks ke mana-mana. Bukan cuma dengan pria-pria di tanah air saja, tapi sudah pula 'go international'. Ia bahkan sampai lupa (dan malu) untuk menyebut berapa pria yang sudah mengencaninya. Kata sang gadis, ia amat menikmati seks dan merasa tak punya masalah dalam soal primitif ini. Tapi, ketika seorang teman menganggapnya kecanduan seks, ia jadi gelisah. Pertanyaannya adalah, apakah benar ia kecanduan seks? Suka atau 'nyandu? Ilustrasi di atas bukan ilusi, meski tidak terjadi di Indonesia. Mudah-mudahan kasus ini tidak menimpa Anda. Namun, ada baiknya Anda tahu seperti apa sih seseorang yang bisa disebut kecanduan seks. Perlu diketahui bahwa memang ada orang yang menyukai seks, seperti juga ada orang yang menyukai hal tertentu dalam hidupnya. Seseorang yang frekuensi seksnya tinggi belum tentu kecanduan kalau ia sendiri tidak merasa begitu. Ia bisa saja hanya suka seks. Walau begitu, kita sendiri tak bisa menutup mata bahwa ada orang yang suka melabeli orang lain dengan kata 'kecanduan'. Tanpa disadari hal itu sama dengan menghakimi orang lain soal seks. Padahal, kata para ahli, dalam seks memang banyak variasi. Ada yang senang berganti-ganti pasangan, ada yang tidak berhubungan seks sama sekali, dan ada juga yang lebih suka pasangan tetap selama hidupnya. Tanpa melibatkan norma, tidak ada yang lebih baik atau buruk dengan kebiasaan itu. Yang penting adalah, seseorang bisa meng-clarify nilai-nilainya sendiri, nafsu dan keinginannya sendiri, dan hidup berdasarkan pandangannya sendiri. Ciri-ciri kecanduan seks Lantas, seperti apa yang disebut kecanduan seks? Kalau Anda menaruh perhatian terhadap kebiasaan seks Anda, coba renungkan hal-hal ini: 1. Bisakah Anda mengatakan 'tidak' terhadap seks? Jawaban 'ya' terhadap pertanyaan ini agak mencurigakan jika Anda tidak bisa sekaligus menjawab 'tidak'. Sebab, penting juga untuk melihat apa yang benar-benar Anda inginkan. 2. Apakah Anda memperhatikan apa yang Anda rasakan sebelum, selama, dan sesudah hubungan intim? Kalau Anda merasa lebih sering kecewa dan sedih karena hubungan itu, jangan abaikan apa yang coba diungkapkan tubuh dan pikiran Anda. 3. Jujurkan Anda pada pasangan dan diri Anda sendiri? Kalau tidak jujur, pasti ada yang salah dalam hubungan Anda itu. 4. Maukah Anda menunda berhubungan intim sebelum mengenal pasangan Anda lebih baik? Akan sangat menarik apabila Anda 'berpuasa' hanya untuk melihat apa yang mungkin Anda temukan tentang diri Anda sendiri. 5. Kalau Anda merasa bahwa pasangan Anda hanya memuaskan di ranjang dan sebenarnya bukan orang yang Anda inginkan untuk hubungan jangka panjang, Anda sebaiknya mempertimbangkan kembali hubungan itu. Berbagai renungan ini akan membantu Anda menyimpulkan seperti apa yang disebut kecanduan seks. Kalau memang ada kecenderungan ke arah sana, lebih baik Anda berkonsultasi dengan ahlinya. (M)

No comments:

Post a Comment